Bahasa Austronesia
Satu lagi rumpun bahasa besar yang kita sudah kenal. Terlebih lagi
rumpun bahasa yang ini sudah sangat mendarah daging bagi bangsa
Indonesia, karena Bahasa Indonesia masuk ke dalam rumpun bahasa ini.
Rumpun bahasa Austronesia adalah rumpun bahasa terbesar ke-5 berdasarkan
banyaknya jumlah penutur asli, dan menempati peringkat ke-2 dalam hal
banyaknya bahasa dari sebuah rumpun bahasa.
Rumpun bahasa Austronesia sangatlah kaya dan luas penyebarannya. Dari
ujung utara ada Taiwan (Formosa), dan Micronesia, hingga ke ujung
selatan di New Zealand. Dari ujung sebelah barat di Madagaskar yang
terletak di sebelah timur Afrika, sampai ke pulau paling timur Easter
Island (Rapa Nui) yang masuk negara bagian di Chili, Amerika Selatan.
Dan secara luas wilayah, sebenarnya bahasa Austronesia adalah bahasa
yang paling luas penyebarannya sebelum kolonialisasi oleh orang Eropa.
Kekayaan lain yang dipunyai oleh Rumpun Bahasa Austronesia adalah
rumpun bahasa Austronesia memiliki total 1252 bahasa yang tercatat,
rumpun yang memiliki bahasa terbanyak setelah
Niger-Cordofanian/Niger-Congo yang memiliki lebih dari 1500 bahasa.
Sementara jumlah total penutur asli bahasa Austronesia lebih dari tiga
ratus juta jiwa. Dan uniknya lagi, Bahasa Austronesia yang paling
besar berdasarkan banyaknya penutur asli, adalah Bahasa Jawa dengan,
Bahasa Tagalog menempati urutan ke-2 bahasa austronesia yang memiliki
jumlah penutur terbanyak.
Dari segi penutur bahasanya, bahasa Jawa menempati urutan nomor 11
bahasa di dunia dengan bahasa penutur asli terbanyak, dan bahasa Tagalog
menempati urutan ke-24, sementara bahasa Indonesia menempati urutan ke
40. Berita menyedihkan , bahwa bahasa Melayu menempati urutan 35,
setingkat di atas bahasa Sunda yang menempati urutan ke 36.
Secara Etimologi, kata austronesia sendiri berasal dari bahasa latin
“Auster” yang berarti angin selatan, dan bahasa Yunani “Nesos” yang
berarti pulau, karena sebagian besar wilayah dimana penduduknya
menuturkan bahasa Austronesia adalah pulau-pulau kecil di daerah Selatan
/ Tropis (kecuali Malaysia), dimana 4 daerah wisata Tropis yang
disukai sebagian besar orang bule yaitu Seychelles, Bali, Hawai’i, dan
Fiji, adalah wilayah Austronesia.
Klasifikasi bahasa Austronesia
Secara garis besar, pembagian bahasa Austronesia dibagi menjadi beberapa cabang dari bahasa Formosa (Taiwan)
Bahasa Formosa terdiri dari beberapa anak bahasa yang telah tercatat dan beberapa belum tercatat.
yang telah tercatat antara lain: Seediq, Atayal, Rukai, Paiwan, Puyuma, dll
Gambar di atas menunjukkan peta penyebaran bahasa Austronesia di Taiwan sebelum datangnya orang-orang Tionghoa ke Taiwan
Sementara bahasa-bahasa Austronesia yang ada di luar Taiwan, yang
juga dikenal sebagai Malayo-Polinesia, adalah anak bahasa dari salah
satu cabang bahasa Formosa, yaitu bahasa Paiwan.
Bahasa Malayo-Polinesia ini juga dibagi 2 menjadi bahasa Sulu-Filipina dan bahasa Indo-Melanesia
Bahasa Sulu-Filipina meliputi seluruh bahasa Filipina termasuk bahasa Tagalog/Filipino.
Sementara dalam bahasa Indo-Melanesia, dibagi menjadi Bahasa Malayo-Polinesia barat, dan Bahasa Malayo-Polinesia tengah-timur
Bahasa Malayo polinesia barat dibagi menjadi bahasa Kalimantan, dimana
bahasa Malagasy termasuk dalam cabang ini, dan Bahasa Sunda-Sulawesi
Dalam cabang Sunda-Sulawesi inilah melahirkan bahasa-bahasa besar dari
bahasa-bahasa Nusantara seperti Bahasa Indonesia, Bahasa Sunda, Bahasa
Batak, Bahasa Jawa, dll.
Bahasa Palau di negara kepulauan Palau juga termasuk bahasa dalam cabang ini.
Sementara di cabang Bahasa Malayo-Polinesia Tengah-Timur dibagi
menjadi bahasa Malayo-Polinesia Tengah dan Timur, dimana bahasa
Malayo-Polinesia tengah menjadi bahasa yang merupakan bagian dari
bahasa nusantara.
Bahasa Malayo-Polinesia tengah ini meliputi bahasa-bahasa yang ada di Maluku dan di pesisir Papua, seperti bahasa Halmahera.
Dan Bahasa Malayo-Polinesia Timur ini adalah bahasa yang juga disebut
sebagai bahasa Oceania. Dalam cabang ini juga terdapat bahasa-bahasa
Oceania seperti bahasa Hawai’i, Fiji, Maori, Rapa Nui, Tahiti, Tonga,
Tuvalu, Micronesia, Samoa, dll
Sejarah penyebaran bahasa Austronesia
Bahasa Austronesia adalah rumpun bahasa yang boleh terbilang cukup
tua, sekitar 6.000-10.000 tahun lalu. Induk dari semua bahasa
Austronesia ini diperkirakan berasal dari Taiwan / Formosa. Robert
Blust, seorang pakar ilmu linguistik telah mencoba merekonstruksi
silsilah dan pengelompokan bahasa-bahasa dari rumpun Austronesia
misalnya kosakata protobahasa Austronesia yang berkaitan dengan flora
dan fauna serta gejala alam lain. Seorang pakar linguistik lainnya yang
bernama Spir juga telah menyusun kronologi penyebaran bahasa
Austronesia dari tahun ke tahun
Migrasi leluhur dari Taiwan ke Filipina mulai terjadi pada
4.500-3.000 SM. Leluhur ini adalah salah satu dari kelompok yang
memisahkan diri. Mereka bermigrasi ke selatan menuju Kepulauan Filipina
bagian utara yang kemudian memunculkan cabang bahasa baru yakni
Proto-Malayo-Polinesia (PMP).
Tahap berikutnya terjadi pada 3.500-2.000 SM di mana masyarakat
penutur bahasa PMP yang awalnya tinggal di Filipina Utara mulai
bermigrasi ke selatan melalui Filipina Selatan menuju Kalimantan dan
Sulawesi serta ke arah tenggara menuju Maluku Utara. Proses migrasi ini
membuat bahasa PMP bercabang menjadi bahasa Proto Malayo Polinesia
Barat (PWMP) di kepulauan Indonesia bagian barat dan Proto Malayo
Polinesia Tengah-Timur (PCEMP) yang berpusat di Maluku Utara.
Namun pada 3.000-2.000 SM leluhur yang ada di Maluku Utara bermigrasi
ke selatan dan timur. Hanya dalam waktu singkat migrasi dari Maluku
Utara mencapai Nusa Tenggara sekitar 2.000 SM yang kemudian memunculkan
bahasa Proto Malayo Polinesia Tengah (PCMP). Demikian pula migrasi ke
timur yang mencapai pantai utara Papua Barat dan melahirkan
bahasa-bahasa Proto Malayo-Polinesia Timur (PEMP).
Migrasi dari Papua Utara ke barat terjadi pada 2.500 SM dan ke timur
pada 2.000-1.500 SM, di mana penutur PEMP di wilayah pantai barat Papua
Barat melakukan migrasi arus balik menuju Halmahera Selatan, Kepulauan
Raja Ampat, dan pantai barat Papua Barat yang kemudian muncul bahasa
yang dikelompokkan sebagai Halmahera Selatan-Papua Nugini Barat (SHWNG).
Setelah itu kelompok lain dari penutur PEMP bermigrasi ke Oceania dan
mencapai kepulauan Bismarck di Melanesia sekitar 1.500 SM dan
memunculkan bahasa Proto Oceania.
Sedangkan di Kepulauan Indonesia di bagian barat, setelah sempat
menghuni Kalimantan dan Sulawesi, pada 3.000-2.000 SM, para penutur PWMP
bergerak ke selatan, bermigrasi ke Jawa dan Sumatra. Penutur PWMP yang
asalnya dari Kalimantan dan Sulawesi itu lalu bermigrasi lagi ke utara
antara lain ke Vietnam pada 500 SM dan Semenanjung Malaka. Menjelang
awal tahun Masehi, penutur bahasa WMP juga menyebar lagi ke Kalimantan,
bahkan sampai ke Madagaskar.
Bentuk rumpun bahasa Austronesia ini lebih menyerupai garu daripada
bentuk pohon. Karena semua proto-bahasa dalam kelompok ini, dari Proto
Malayo Polynesia hingga Proto Oceania menunjukkan kesamaan kognat yang
tinggi, yaitu lebih dari 84 persen dari 200 pasangan kata.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar