Tembok Besar Tiongkok atau
Tembok Raksasa Tiongkok (
hanzi tradisional: 長城;
hanzi sederhana: 长城;
pinyin: Chángchéng, makna harafiah:
Tembok Panjang), juga dikenal di Tiongkok dengan nama
Tembok Sepanjang 10.000 Li¹ (萬里長城; 万里长城; Wànlĭ Chángchéng) merupakan bangunan terpanjang yang pernah dibuat manusia, terletak di
Tiongkok.
[1][2][3]
Tembok Besar Tiongkok tidak panjang terus menerus, tapi merupakan kumpulan tembok-tembok pendek yang mengikuti bentuk pegunungan Tiongkok utara.
[6]Pada tanggal 18 April 2009
[7], setelah investigasi secara akurat oleh pemerintah Republik Rakyat Tiongkok, diumumkan bahwa tembok raksasa yang dikonstruksikan pada periode
Dinasti Ming panjangnya adalah 8.851 km.
[6]
Menurut catatan sejarah, setelah tembok panjang dibangun oleh Ming, barulah dikenal istilah "changcheng" (长城, "tembok besar" atau "tembok panjang"). Sebelumnya istilah tersebut tidak ditemukan. Istilah Tembok Besar Tiongkok dalam
Bahasa Mandarin adalah "wanli changcheng", bermakna "tembok yang panjangnya 10 ribu li". Pada masa sekarang istilah ini resmi digunakan.
[3]
Pada tahun 2009, Badan Survei dan Pemetaan dan Badan Administrasi Warisan Budaya Republik Rakyat Tiongkok melakukan penelitian untuk menghitung ulang panjang Tembok Besar Tiongkok. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Tembok Besar Tiongkok lebih panjang daripada rentang yang saat ini diketahui. Menurut pengukuran, panjang keseluruhan tembok mencapai 8.850 km. Proyek tersebut juga telah menemukan bagian-bagian tembok lain yang panjangnya 359 km, parit sepanjang 2232 km, serta pembatas alami seperti perbukitan dan sungai sepanjang 2232 km. Rentang rata-rata Tembok Besar Tiongkok adalah 5000 km, umumnya dikutip dari berbagai catatan sejarah.
Sejarahnya, pembangunan tembok adalah salah satu bagian terpenting dalam sejarah
arsitektur Tiongkok, yakni untuk membatasi wilayah-wilayah perkotaan dan perumahan. Berbagai teori mengapa tembok besar didirikan antara lain sebagai benteng pertahanan, batas kepemilikan lahan, penanda perbatasan dan jalur
komunikasi untuk menyampaikan pesan.
[3]
Berdasarkan bukti tertulis yang bisa diterima umum, pada dasarnya Tembok Besar Tiongkok dikonstruksikan mayoritas pada periode
Dinasti Qin,
Dinasti Han dan
Dinasti Ming.
[14] Namun, sebagian besar rupa tembok raksasa yang berdiri pada saat ini merupakan hasil dari periode Ming.
[14]
Material yang digunakan untuk membuat tembok raksasa beda-beda sesuai periode dinasti.
[23] Sebelum
batu bata ditemukan, tembok besar dibuat dari
tanah,
batu dan
kayu.
[23] Karena pembangunannya selalu membutuhkan sumber daya yang banyak, para pekerja memanfaatkan bahan-bahan yang seadanya.
[23] Saat melewati
gunung, batu gunung akan digunakan.
[23] Pada saat membangun di tanah datar, tembok dibuat dari tanah yang digemburkan dan jika melewati padang
gurun, bahan yang digunakan adalah rerumputan campur pasir dan ranting-ranting pohon konifer.
[23] Tembok dari bahan ini rapuh, mudah ditembus dan cepat hancur.
[23]
Pada masa
Dinasti Qin, teknologi belum maju, sehingga material yang digunakan adalah tanah atau tanah campur kerikil.
[23] Pada masa itu struktur benteng belum didirikan.
[23] Beberapa bagian tembok hanya terdiri dari gundukan batu-batu besar.
[23]
Pada masa
Dinasti Han, bahan tanah dan batu seperti masa sebelumnya masih umum digunakan.
[23]
Pada masa
Dinasti Tang, batu bata sudah diproduksi.
[22] Namun, karena mahal, hanya terbatas pada gerbang kota dan tembok yang dekat.
[22]
Baru pada zaman
Dinasti Ming, teknologi pembangunan tembok sudah lebih maju.
[23]Namun, baru pada pertengahan periode dinasti tersebut batu bata berkualitas diproduksi.
[23] Batu bata lebih baik daripada tanah atau batu
kerikil karena lebih ringan, tahan beban dan lebih efektif dalam waktu yang cepat. Batu masih dipakai, terutama untuk fondasi, pinggiran luar dan dalam gerbang dikarenakan lebih kuat daripada batu bata.
[23] Adukan
batu kapur dengan
beras ketan efektif sebagai
semen yang dapat merekatkan batu bata.
Beberapa tahun belakangan mulai ditemukan beberapa bagian tembok di wilayah-wilayah Tiongkok yang tak terjangkau. Pada tahun 1998, ditemukan situs tembok dekat salah satu jalur sutra di antara provinsi
Gansu dan
Xinjiang. Tembok-tembok yang dibangun dari tanah berpasir kuning dan ranting-ranting
Eucalyptus marginata tersebut memiliki panjang 500 km, termasuk benteng pertahanan kokoh. Penemuan ini menambah panjang tembok besar menjadi 2.700 km.
[3]
Di gurun-gurun pasir di
Daerah Otonomi Ningxia Hui yang sering berpindah-pindah, juga telah membuka bagian-bagian tembok dan benteng konstruksi Ming.
[3]
Penemuan prasasti yang berisi ukiran tulisan di berbagai wilayah Tiongkok di sekitar tembok menjadi sumber sejarah tertulis penting tentang dokumentasi pembangunan Tembok Besar Tiongkok. Prasasti paling awal adalah inskripsi Dinasti Qi Utara (550-577). Prasasti Dinasti Ming banyak ditemukan di Beijing dan provinsi
Hebei, namun terancam rusak atau hilang karena hujan, angin, erosi dan kerusakan lingkungan.
[3]
Dalam penelitian itu, teknologi GPS dan infra merah yang digunakan dapat membantu mendeteksi beberapa bagian yang terkubur akibat badai pasir. Bagian-bagian baru yang ditemukan adalah hasil konstruksi pada masa
Dinasti Ming (1368-1644) yang membentang dari Pegunungan Hu di provinsi Liaoning bagian utara sampai Celah Jiayu di barat provinsi Gansu. Proyek ini juga memetakan bagian-bagian tembok yang didirikan pada zaman Qin (221-206 SM) dan Han (206 SM-9M).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar