Kukang (Nycticebus Sp.) adalah primata arboreal (hidup di atas
pepohonan), bukan di permukaan tanah. Kukang merupakan hewan nokturnal
karena kukang memulai aktifitasnya ketika senja hingga menjelang fajar.
Sedangkan di siang hari hewan omnivora ini menggunakan waktunya untuk
tidur dengan menggulungkan tubuhnya seperti bola. Hewan ini memiliki
fisik yang lucu, matanya yang bulat, tubuhnya yang mungil serta warna
tubuhnya yang memiliki corak yang khas. Meskipun begitu jangan berniat
untuk memelihara kukang. Karena selain memiliki status dilindungi
ternyata gigitan kukang dapat menyebabkan alergi serius akibat toxin
yang dimilikinya.
Kukang yang dipelihara dalam kandang hasil perjualbelian.
Perbedaan antara bisa dan racun
Bisa atau dalam bahasa inggris disebut venom berbeda dengan racun atau poison.
Bisa adalah toksin yang diproduksi hewan yang akan diinjeksikan pada
musuh atau predator dengan menyengat (seperti lebah) atau dengan
menggigit (seperti ular). Sedangkan racun adalah biotoksin yang
dihasilkan oleh kelenjar tanpa ada usaha menyengat atau menggigit
seperti kelenjar parotid pada kodok. Lalu bagaimana dengan kukang?
Berbisa atau beracun?
Kukang merupakan satu-satunya primata yang memiliki bisa. Bisa pada
kukang digunakan untuk bertahan hidup di alam, seperti bertahan dari
serangan predator, memangsa, atau mempertahankan teritori. Sebenarnya
gigitan kukang tidak berbisa, karena toksin tidak berada pada mulut atau
gigi kukang. Kukang memproduksi toksin pada brachial gland yaitu
kelenjar yang berada di siku tangan bagian dalam. Toksin ini yang akan
dimasukan kedalam mulut untuk sebelum kukang melakukan gigitannya yang
berbisa.
Ilustrasi brachial glands. Drawing by Helga Schulze (Krane et al., 2003).
Anaphylactic shock
Gigitan kukang bisa menyebabkan Anaphylactic shock, yaitu
alergi serius yang gejalanya berupa kulit merah, gatal, memiliki
bercak, panas, nyeri tenggorokan, syok, kejang otot atau nyeri, tekanan
darah sangat rendah, hingga masalah pada jantung, ginjal, pernafasan dan
mungkin pingsan. Bahkan beberapa kasus kematian akibat kukang pernah
dilaporkan. Selain toksinnya yang berbahaya gigitan kukang juga dapat
menularkan penyakit seperti rabies atau bakteri patogen lainnya.
Gigitan kukang mungkin berbahaya bagi manusia. Tapi kukang diciptakan
untuk bertahan hidup dengan bisa yang dimilikinya. Kini bukan hanya
elang atau ular yang memangsa kukang. Populasinya semakin menurun dan
terancam punah akibat perburuan, perdagangan, dan kerusakan hutan.
Padahal hewan unik ini hanya ada 5 spesies di dunia dan 3 spesies di
antaranya ada di Indonesia. Indonesia tidak cukup dengan bangga memiliki
kukang, tapi juga dengan melestarikan kukang sebagai bukti Indonesia
adalah negara megabiodiversiity.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar